Kamis, 03 Maret 2011

Hasil Laut Akibatkan Elergi

Pernahkah anda mengalami alergi setelah mengkonsumsi makanan hasil laut? Bagi
yang pernah mengalaminya, wajar bila timbul semacam perasaan “antipati” terhadap
makanan laut. Padahal, makanan seperti ikan, udang, cumi-cumi, atau kerang, selain
bernilai gizi tinggi juga mudah diperoleh dengan harga relatif murah serta
mengolahnya pun tidak rumit.
Gejala alergi biasa ditunjukkan dengan timbulnya rasa mual, pusing, badan lemas,
timbul bentol-bentol yang disertai gatal biduren (skin rash), bahkan shock ini
sebenarnya merupakan reaksi penolakan tubuh terhadap zat asing dalam aliran
darah. Bagi yang sensitif, kandungan histamin pada ikan, udang, cumi-cumi, atau
fauna laut lain sering menimbulkan alergi. Namun, sebenarnya histamin hanya
ditemukan pada fauna yang sudah mulai rusak atau akan membusuk.
Histamin umumnya terbentuk dari fraksi protein yang bereaksi dengan enzim-enzim
dan merupakan hasil metabolisme anaerob post mortem, yakni terjadi setelah
kematian makhluk hidup. Sehingga, kasus alergi hanya terjadi bila makanan hasil
laut yang dikonsumsi kadaluarsa atau kualitas tidak lagi baik. Karena komposisi
kimiawi berubah oleh aktivitas enzim-enzim atau oleh aktivitas mikroorganisme
pembusuk.
Bagaimana mengenali makanan laut yang kadaluarsa atau mulai rusak? Secara
umum perubahan kompposisi kimiawi daging pada hasil laut seperti ikat atau udang,
pembusukan ditandai oleh tekstur lembek, berbau busuk, serta kusam. Tekstur
lembek pada ikan mudah dikenali melalui mata. Mata ikan yang seharusnya
menonjol melesek (masuk), bila ditekan dengan jari.
Selain itu, lembek juga menyebabkan sisik ikan atau pun kulit luar udang mudak
lepas dari dagingnya. Pada cumi-cumi kerusakan ditandai pecahnya kantong tinta
seerta mata memerah (bengkak).
Dengan mengenali ciri-ciri fisik kerusakan memudahkan kita memilih yang segar
yang kualitasnya baik. Sehingga tidak perlu khawatir timbul alergi. (SR)
Jakarta, Maret 2000
Sumber : Seri Iptek Pangan Volume 1: Teknologi, Produk, Nutrisi & Kemanan
Pangan, Jurusan Teknologi Pangan - Unika Soegijapranata, Semarang
Editor : Budi Widianarko, A. Rika Pratiwi, Ch. Retnaningsih

Tidak ada komentar:

Posting Komentar